Penggemar cokelat harus bersiap-siap menghadapi kenaikan harga tahun depan meskipun harga kakao global mulai menurun dari level tertingginya. Para analis meyakini bahwa penurunan harga bahan baku ini tidak akan segera terasa di pasar ritel. Lonjakan harga kakao dalam beberapa tahun terakhir disebabkan oleh kondisi cuaca buruk, serangan hama, dan keterbatasan pasokan di wilayah Afrika Barat yang menyumbang sebagian besar pasokan dunia. Kondisi ini diperparah oleh inflasi global yang mempengaruhi harga makanan ringan, termasuk cokelat.
Di supermarket Inggris, produk cokelat mengalami inflasi tertinggi pada tahun 2024, mencapai 11% per tahun, sementara harga Hershey’s Kisses di Amerika Serikat juga naik sekitar 12% setiap tahunnya. CEO Lindt & Sprüngli, Adalbert Lechner, bahkan memperkirakan bahwa harga kakao tidak akan kembali ke level rendah seperti sebelumnya. Data menunjukkan bahwa harga berjangka kakao telah turun dari januari 2025, namun masih jauh lebih tinggi dari tiga tahun sebelumnya.
Ahli strategi komoditas pertanian di J.P. Morgan, Tracey Allen, berpendapat bahwa penurunan harga kakao belum akan dirasakan oleh konsumen dalam waktu dekat. Defisit pasokan yang masih berlanjut membuat harga kakao tetap tinggi hingga saat ini. Lonjakan harga kakao yang terjadi dalam dua tahun terakhir juga memberikan tekanan pada margin produsen cokelat. Sementara itu, prediksi dari analisis J.P. Morgan menyebutkan bahwa pasokan kakao diperkirakan akan membaik pada musim Paskah mendatang, namun harga masih diprediksi tetap tinggi di sekitar US$6.000 per ton.
Masalah produktivitas jangka panjang di Pantai Gading dan Ghana, yang merupakan dua produsen kakao terbesar di dunia, juga dianggap sebagai faktor penting yang membuat pasokan tetap ketat. Faktor lain seperti kenaikan upah minimum di Inggris dan tarif perdagangan di AS juga berpotensi memicu kenaikan harga cokelat. Oleh karena itu, konsumen masih harus siap menghadapi harga cokelat yang mahal dalam waktu yang belum bisa dipastikan.
