Berita  

Menyoroti Tren Deindustrialisasi RI: Peluang Pertumbuhan Ekonomi 8%

Deindustrialisasi dini di Indonesia selama 10 dekade terakhir telah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 yang tidak mampu mencapai pertumbuhan tahunan di atas 5%. Meskipun begitu, masih ada harapan untuk memperbaiki permasalahan deindustrialisasi dini yang terjadi di RI. Menurut Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) dan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Arief Anshory Yusuf, deindustrialisasi dini di Indonesia belum dalam kondisi yang sulit untuk disembuhkan, dan masih terdapat ruang untuk perbaikan di masa mendatang.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa distribusi industri pengolahan terhadap PDB mengalami penurunan signifikan selama dekade terakhir seiring dengan stagnansi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah fokus untuk mengembalikan peran industri manufaktur sebagai faktor penting dalam menciptakan lapangan kerja yang layak dan meningkatkan produktivitas. Deindustrialisasi yang terjadi selama 10-20 tahun terakhir disebut Arief disebabkan oleh transformasi struktural yang mengarah pada sektor perdagangan dengan nilai produktivitas yang rendah, yang tidak mampu mendongkrak perekonomian Indonesia.

Arief juga menyoroti bahwa banyak perusahaan di Indonesia saat ini hanya menjual produk industri luar negeri tanpa memproduksi sendiri, yang menyebabkan produktivitas dan pendapatan jauh dari optimal. Dengan demikian, banyak pekerjaan informal yang tidak memberikan upah yang layak. Hal ini berdampak pada menurunnya ketersediaan pekerjaan yang layak di berbagai segmen masyarakat, baik kelas bawah, menengah, maupun profesional. Oleh karena itu, penting untuk memperbaiki distribusi industri pengolahan untuk menciptakan lapangan kerja yang layak dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Source link

Exit mobile version