Berita  

Putin dan Xi Jinping Absen di Pertemuan BRICS: Isu Terkini

Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Presiden China, Xi Jinping, telah memastikan ketidakhadiran mereka dalam pertemuan puncak BRICS di Brazil, yang akan berlangsung esok hari. Ketidakhadiran keduanya ini menimbulkan spekulasi apakah anggota BRICS yang semakin berkembang telah mengurangi nilai ideologis bagi China dan Rusia yang merupakan pendiri kelompok ini.

Xi Jinping secara rutin hadir dalam pertemuan puncak BRICS selama 12 tahun terakhir, namun kali ini ia tidak akan hadir. Alasan resmi ketidakhadirannya belum dijelaskan, sementara China akan diwakili oleh Perdana Menteri Li Qiang dalam acara tersebut.

Di sisi lain, Putin saat ini dihadapkan pada surat perintah penangkapan dari Pengadilan Pidana Internasional (ICC), yang membuat banyak orang berspekulasi bahwa keputusannya untuk tidak menghadiri pertemuan di Rio de Janeiro adalah sebagai bentuk penghormatan terhadap Brazil yang merupakan penandatangan undang-undang ICC.

Sebelumnya pada tahun 2023, Putin juga tidak hadir dalam pertemuan BRICS di Afrika Selatan karena ketidakpastian keamanan terkait tuduhan yang dialamatkan padanya oleh ICC atas dugaan perannya dalam penculikan dan deportasi ribuan anak-anak Ukraina.

BRICS, sebagai kelompok negara berkembang, sering dianggap sebagai alternatif untuk menandingi kekuatan G7. Dalam dua tahun terakhir, BRICS telah mengalami perluasan yang signifikan, termasuk penambahan anggota seperti Indonesia, Iran, Mesir, Ethiopia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Hal ini membuat kelompok tersebut cenderung menuju ke arah autokrasi, yang membuat beberapa negara pendiri seperti Brazil, Afrika Selatan, dan India merasa tidak nyaman.

Menurut Brazil, pengelompokan BRICS hanyalah salah satu tanda dari kemunculan tatanan dunia baru. Kebijakan luar negeri Amerika yang diprioritaskan oleh Donald Trump nampaknya akan mengubah tatanan dunia yang sebelumnya didominasi oleh AS menjadi dunia multipolar dengan kekuatan yang lebih merata. Antonio Patriota, mantan menteri luar negeri Brazil, menyatakan bahwa kebijakan AS saat ini mempercepat transisi ini, dan ia meyakini bahwa akan terbentuk aliansi baru yang akan menantang distribusi kekuasaan yang ada saat ini.

Source link

Exit mobile version