Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa mengatakan bahwa perang antara Hamas dan Israel telah mengguncang perekonomian dunia dan membuat nilai tukar dolar AS semakin menguat. Menurutnya, perang tersebut memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi ekonomi global. Selain itu, perseteruan antara Amerika Serikat dan China juga turut menambah ketidakpastian di dunia sehingga nilai tukar dolar AS semakin meningkat dan mata uang rupiah melemah.
Suharso menjelaskan bahwa situasi ini menyebabkan harga dolar AS naik meskipun the Fed tidak menaikkan suku bunga. Pada tanggal 19 Oktober 2023, nilai tukar rupiah mencapai Rp 16.000 atau sekitar Rp 15.852 yang mengalami pelemahan sebesar 0,78 persen. Sebagai respons atas hal ini, Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin, sehingga suku bunga BI saat ini mencapai 6 persen pada bulan Oktober 2023.
Kenaikan suku bunga tersebut dilakukan oleh BI sebagai langkah untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak ketidakpastian global serta untuk mengendalikan inflasi akibat kenaikan harga bahan impor. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa langkah ini diambil untuk menjaga inflasi tetap terkendali dalam target 3,0±1 persen pada tahun 2023.
Selain itu, perang antara Hamas dan Israel juga telah menyebabkan lonjakan harga minyak dunia. Pada awal perdagangan Asia tanggal 9 Oktober 2023, harga minyak mentah Brent naik lebih dari $4 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik sebesar $4,23, atau 5,11 persen.
Sumber: Istimewa