Francesco Bagnaia mengalami akhir pekan yang buruk di Misano, menandai titik terendahnya sebagai pembalap sukses Ducati. Dalam kondisi seperti ini, Bagnaia diingatkan bahwa krisis kepercayaan dirinya berasal dari dalam dirinya sendiri, bukan dari motor yang ia kendarai. Sifat ramah Bagnaia sering mendapat simpati dari berbagai pihak, termasuk rekan-rekan di VR46 Academy dan rivalnya seperti Marc Marquez, yang kini mendominasi di MotoGP.
Kemenangan ke-11 Marquez musim ini di GP San Marino membuatnya berpeluang meraih gelar juara ketujuhnya, sebuah comeback luar biasa setelah empat kali operasi lengan. Di sisi lain, Bagnaia kembali meraih hasil yang kurang memuaskan di Misano, meninggalkan banyak pihak bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dengan performanya. Ducati sendiri memilih untuk membela Bagnaia di depan publik, meskipun hasil analisis mendalam tidak menemukan penyebab mekanis dari masalah kepercayaan diri yang ia alami.
Meski demikian, Bagnaia sendiri mengakui bahwa kesabaran dan performanya sudah mencapai titik terendah. Ducati berusaha membantu Bagnaia menemukan akar masalahnya, namun sulit untuk menentukan pemicu teknis dari penurunan performanya. Setelah berdiskusi dengan Casey Stoner, Bagnaia berhasil menunjukkan peningkatan dalam tes berikutnya, menempati posisi keenam di atas Marquez.
Dengan masa depan pembalap Ducati yang belum pasti, tim harus segera memutuskan pasangan yang ideal untuk menjaga performa mereka. Perpanjangan kontrak Marquez menjadi prioritas, sementara Bagnaia harus segera membalikkan keadaan jika ingin tetap bersaing di papan atas MotoGP. Dukungan dari sosok seperti Stoner merupakan langkah cerdas, tetapi Bagnaia harus berusaha keras untuk memperbaiki performanya secepat mungkin.