Ketegangan di wilayah Laut Merah belum mereda. Ini terjadi setelah Amerika Serikat (AS) dan Inggris mengambil tindakan dengan menyerang beberapa wilayah Yaman untuk melawan kelompok penguasa negara itu, Houthi, yang menyerang beberapa kapal dagang di perairan itu.
Atas serangan ini, pengamat televisi Yaman yang juga pro-Houthi, Hussain Al Bukhaiti, mengatakan pada hari Minggu (14/1/2024) bahwa meski mendapatkan perlawanan, serangan kelompok tersebut terhadap kapal dagang yang melintasi jalur perairan Laut Merah dan Terusan Suez akan terus berlanjut.
Houthi sendiri mengaku serangan ke kapal ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina dalam pertempuran antara milisi penguasa Gaza, Hamas, dengan Tel Aviv. Hampir 24.000 warga Palestina terbunuh di Gaza sejauh ini atas serangan Israel ke wilayah itu.
Selain kapal Israel, kelompok yang didukung Iran itu menyebut akan menyerbu kapal-kapal negara-negara sekutu Tel Aviv.
AS diketahui telah menjadi sekutu utama Israel di Timur Tengah. Negeri Paman Sam itu juga telah memberikan Tel Aviv akses terhadap beberapa senjata buatannya.
“Tidak semua kapal yang menjadi sasaran sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober memiliki hubungan dengan Israel,” tambah Hussain.
Operasi Perdagangan Maritim Inggris (MTO), baru-baru ini mengatakan ada laporan tentang dua kapal kecil mendekati sebuah kapal dagang. Dua kapal itu berusaha membujuknya untuk mengubah haluan 23 mil laut Barat Laut mendekat pelabuhan Assab di Eritrea.
“Insiden tersebut, yang terjadi pada pukul 12.15 waktu Inggris, tampaknya relatif kecil,” menurut laporan awal MTO.
Kapal tersebut mendapat kepastian bahwa mereka akan dilindungi dan memutuskan untuk tetap mempertahankan jalurnya, sehingga kapal kecil tersebut meninggalkan mereka dan berlayar menjauh.
Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, mengatakan kepada BBC bahwa negara-negara Barat siap mengambil tindakan jika serangan Houthi terus berlanjut. Kapal perang AS dan Inggris sendiri masih akan tetap bersiaga tinggi di wilayah tersebut.
“Aksi bersama kami (sebelumnya) akan mengurangi kemampuan Houthi, yang telah didukung oleh Iran,” paparnya.
Peristiwa baru-baru ini di Yaman terjadi setelah perang Israel dengan Hamas telah melewati batas 100 hari. Perang ini juga menambah tensi ketegangan di Timur Tengah mencapai titik tertinggi dalam beberapa dekade.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan pada Sabtu malam bahwa negaranya akan terus melancarkan perang melawan Hamas. Netanyahu juga menegaskan tak akan gentar meski muncul gugatan dari Afrika Selatan di pengadilan internasional ICJ yang menuding Tel Aviv melakukan genosida.
“Tidak ada yang akan menghentikan kami, tidak Den Haag, tidak ada poros kejahatan dan tidak ada orang lain,” kata Netanyahu dalam pidatonya di televisi, mengacu pada Iran dan milisi sekutunya, Houthi dan Hizbullah, yang sedang memanas dengan Negeri Yahudi itu.