BeritaBerkala: Portal Informasi Harian hingga Bulanan
Berita  

Putin Mengkritik Para Pemimpin Barat Sebagai Bodoh dan Menyampaikan Pesan Menohok

Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa negara-negara Barat yang memperkirakan akan runtuh telah mengambil langkah yang keliru. Seharusnya, negara-negara Barat ini akan memberikan manfaat bagi perekonomiannya melalui kerja sama. Amerika Serikat dan sekutunya telah memberlakukan sanksi yang sangat keras terhadap Rusia sebagai upaya menghukum negara itu atas perang di Ukraina. Namun, upaya ini belum mampu membuat Rusia ‘runtuh’ sebagaimana yang diharapkan oleh negara-negara Barat.

Putin menyampaikan pendapat ini dalam sebuah pertemuan di mana ia membicarakan tentang hubungan dagang yang berkembang pesat antara Rusia dengan negara-negara non-Barat. Ia mengatakan bahwa para pemimpin Barat seharusnya berhenti bersikap bodoh dan menunggu Rusia runtuh. Semua pihak harus menyadari bahwa untuk mendapat manfaat dari kerja sama dengan Rusia, mereka harus melakukan kerjasama. Negara-negara Barat harus memilih antara mengikuti pertimbangan sesaat yang memotivasi mereka untuk menghancurkan Rusia atau memilih kepentingan negara dan masyarakat mereka sendiri. Ini memerlukan kerja sama berdasarkan fondasi baru dunia multipolar.

Rusia telah berhasil mengatasi serangan ekonomi Barat dengan mengalihkan perekonomiannya ke arah perdagangan dengan negara-negara yang menolak bergabung dengan kampanye sanksi yang dipimpin oleh Washington, termasuk negara-negara besar di Asia seperti China dan India. Langkah-langkah alternatif yang diambil Rusia telah berhasil mengurangi ketergantungan pada lembaga-lembaga keuangan yang dikontrol Barat. Selama kunjungan ke Beijing, Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengatakan dolar AS hampir sepenuhnya tergantikan dalam perdagangan dengan China.

Namun, negara-negara Uni Eropa mengalami lonjakan harga energi setelah menolak pasokan Rusia untuk mengurangi ketergantungan dan mengurangi keuntungan Moskow. Gas alam pipa Rusia telah digantikan dengan gas alam cair (LNG) yang lebih mahal, yang sebagian besar bersumber dari AS dan Qatar. Peningkatan biaya operasional juga menyebabkan beberapa pemilik pabrik di Jerman harus tutup.

Exit mobile version