Pemungutan suara Dewan Keamanan PBB mengenai resolusi yang menyerukan penghentian perang Israel-Hamas ditunda lagi pada Rabu (20/12/2023) karena para anggota berselisih mengenai kata-katanya sementara jumlah korban tewas di Gaza terus meningkat.
Perdebatan di markas besar PBB di Manhattan terjadi dengan latar belakang memburuknya kondisi di Gaza, di mana seorang pejabat senior PBB mengatakan bahwa langkah Israel untuk mengizinkan masuknya bantuan “jauh dari kebutuhan” yang semakin meningkat.
“Dewan Keamanan telah sepakat untuk melanjutkan perundingan hari ini untuk memberikan waktu tambahan untuk diplomasi. Dan kepresidenan akan menjadwalkan ulang adopsi tersebut besok (Kamis) pagi,” kata Jose Javier De La Gasca Lopez-Dominguez dari Ekuador, yang memegang jabatan presiden bergilir di dewan tersebut, dilansir AFP.
Para anggota dewan telah bergulat selama berhari-hari untuk menemukan titik temu mengenai resolusi tersebut, sebuah pemungutan suara yang ditunda beberapa kali sepanjang Selasa, setelah ditunda pada hari sebelumnya.
Israel, yang didukung oleh sekutunya Amerika Serikat, yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan yang mempunyai hak veto, menentang penggunaan istilah “gencatan senjata.”
Menurut sumber diplomatik, penundaan terakhir ini atas permintaan Amerika Serikat.
Sementara itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada Rabu bahwa tidak akan ada gencatan senjata di Gaza sampai Hamas “dilenyapkan”.
Namun, Rusia dan Liga Arab meningkatkan tekanan diplomatik terhadap Israel untuk mengakhiri pertempuran, memanfaatkan Forum Kerja Sama Rusia-Arab di Maroko untuk menyerukan gencatan senjata.
Richard Gowan, seorang analis di International Crisis Group, mengatakan menjelang penundaan terbaru ini bahwa “setiap orang pada dasarnya terjebak menunggu untuk melihat apa yang akan dilakukan AS.”
“Sepertinya diplomat AS pun tidak tahu bagaimana kisah ini akan berakhir,” tambahnya.
Utusan Uni Emirat Arab, sponsor resolusi tersebut, mengatakan “(kami) adalah bagian dari diskusi tingkat tinggi yang terjadi antar ibu kota untuk mencoba mencapai kesepakatan yang sebenarnya dapat diadopsi.”
“Saat ini kita memerlukan sedikit ruang untuk diplomasi tambahan… dan kami akan optimis untuk mencoba melakukan hal itu,” tambah Lana Zaki Nusseibeh. “Ini akan dilakukan pemungutan suara.”
Perselisihan minggu ini terjadi setelah kebuntuan awal bulan ini ketika Amerika Serikat, meskipun ada tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, menghalangi penerapan resolusi Dewan Keamanan mengenai perang.
Resolusi tersebut menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan segera” di Jalur Gaza, di mana Israel terus melakukan serangan mematikan sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober yang belum pernah terjadi sebelumnya.