Setiap tahun, NBA Draft menjadi ajang penting bagi klub-klub untuk menemukan pemain potensial yang bisa menjadi bintang masa depan mereka. Namun, tidak semua pick pertama berakhir dengan sukses seperti yang diharapkan. Beberapa pemain, seperti Anthony Bennett, Kwame Brown, dan Michael Olowokandi, merupakan contoh dari kegagalan pick pertama yang tidak memenuhi ekspektasi.
Anthony Bennett, yang dipilih oleh Cleveland Cavaliers pada NBA Draft 2013, hanya bertahan selama empat musim di NBA dengan kontribusi yang minim. Sementara Kwame Brown, pick pertama Washington Wizards pada NBA Draft 2001, tidak pernah mencapai potensinya dan tidak mampu bersaing dengan pemain yang diambil setelahnya seperti Pau Gasol, Tony Parker, dan Joe Johnson.
Michael Olowokandi, pick pertama Los Angeles Clippers pada NBA Draft 1998, memiliki potensi sebagai center masa depan namun tidak pernah berkembang secara konsisten. Hal yang sama juga dialami oleh pemain lain seperti Greg Oden, Pervis Ellison, Markelle Fultz, Andrea Bargnani, dan Deandre Ayton.
Memilih pick pertama dalam NBA Draft selalu merupakan risiko, dengan banyak faktor yang perlu dipertimbangkan selain bakat. Sejarah draft NBA juga menjadi pengingat bahwa performa di tingkat perguruan tinggi tidak selalu menjamin kesuksesan di level profesional. Oleh karena itu, draft bukan hanya soal bakat, tetapi juga tentang kesiapan fisik, mental, dan seberapa besar keberuntungan yang dimiliki baik oleh pemain maupun tim yang memilih.