Pada sebuah pertemuan terbaru antara Iran dan Amerika Serikat terkait sengketa nuklir yang terus berlangsung, Iran diperkirakan akan secara resmi menolak proposal terbaru dari AS. Seorang diplomat senior Iran menyebut tawaran tersebut sebagai “non-starter” yang tidak memperhitungkan kepentingan Iran. Proposal nuklir terbaru disampaikan melalui Menteri Luar Negeri Oman, namun masih ada hambatan utama yang belum teratasi, seperti permintaan AS untuk menghentikan program pengayaan uranium. Iran menuntut pencabutan segera seluruh sanksi AS yang berdampak besar pada ekonomi nasional mereka. Pembicaraan ini menjadi semakin rumit dengan kembali diperbaharui kebijakan “tekanan maksimum” oleh Presiden Trump, meskipun Iran bersikeras bahwa program nuklir mereka untuk keperluan energi dan penelitian medis.
Dalam konferensi pers, para pejabat Iran menyatakan kesiapan mereka untuk mempertimbangkan penghentian sementara pengayaan uranium apabila AS bersedia memberikan kelonggaran dalam beberapa hal. Meski ada tekanan dari beberapa negara dan pihak lain, Iran tetap bersikeras bahwa proposal AS saat ini masih dianggap sepihak dan tidak memenuhi kepentingan nasional Iran. Terus berlanjutnya ketegangan antara Iran dan AS dalam negosiasi nuklir ini juga memperparah situasi di kawasan Timur Tengah. Sejauh ini, kedua belah pihak masih berusaha mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan, namun tantangan besar masih harus diatasi agar kesepakatan bisa tercapai.