Berita  

Dampak Perlambatan Ekonomi Global terhadap RI: Kajian Mendalam

Kondisi ekonomi global saat ini semakin memburuk, terutama dengan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Hal ini membuat lembaga internasional seperti Bank Dunia, MF, dan OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tidak akan melebihi 3%. Dampak dari perang tarif ini sangat dirasakan oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia. Pasar saham global juga terpengaruh dengan reaksi negatif terhadap perang dagang jilid II antara AS dan Tiongkok, serta depresiasi nilai tukar mata uang sejumlah negara.

Di Indonesia sendiri, Badan Pusat Statistik melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal pertama 2025 sebesar 4,87%. Kontraksi ekonomi sebesar 0,98% dari kuartal sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi ekspor dan konsumsi rumah tangga, dengan kontribusi terhadap PDB masing-masing sebesar 54,53% dan 22,30%. Namun, konsumsi rumah tangga pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Untuk mengatasi tantangan ekonomi global, dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan. Indonesia sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada 2028-2029, di mana percepatan transisi energi bisa menjadi pendorong utama pencapaian target tersebut. Sektor perbankan juga turut berperan dalam mendukung transformasi bisnis berkelanjutan, sejalan dengan Roadmap Keuangan Berkelanjutan (RKB) oleh OJK.

Bank DBS Indonesia berperan sebagai katalis dengan menyediakan pembiayaan seperti Sustainability-Linked Loan (SLL) dan Green Loan, serta memberikan wawasan terkait kebijakan dan pemahaman pasar yang didukung oleh jaringan serta konektivitas di Asia. Bank ini juga telah menyalurkan dana kepada berbagai perusahaan untuk mendukung kegiatan berkelanjutan dan transisi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Acara Asian Insights Conference yang akan diselenggarakan oleh Bank DBS Indonesia akan membahas dampak perlambatan ekonomi global terhadap Indonesia dengan tema “Growth In a Changing World”.

Source link