Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Juli 2025 berhasil mencatat surplus sebesar US$23,65 miliar. Surplus tersebut didominasi oleh sektor nonmigas yang mencapai US$34,06 miliar, meskipun sektor migas masih mengalami defisit sebesar US$10,41 miliar. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina merupakan tiga negara penyumbang surplus terbesar bagi Indonesia. AS sendiri tetap menjadi pemain utama dalam hal surplus perdagangan RI, sebelum penerapan tarif 19% pada 5 Agustus 2025.
AS juga merupakan salah satu tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia, dengan total ekspor ke AS mencapai US$17,89 miliar selama periode Januari-Juli 2025. Meskipun AS memberlakukan tarif impor sebesar 19%, Indonesia tetap berkomitmen untuk meningkatkan ekspor ke negara tersebut. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa pemerintah akan fokus pada peningkatan ekspor komoditas unggulan ke pasar AS, antara lain tekstil, produk tekstil, furniture, sepatu, apparel, barang-barang manufaktur, home appliance, dan elektronik. Dengan strategi yang tepat, Airlangga yakin ekspor Indonesia ke AS akan terus meningkat ke depannya.