Dengan potensi pengembangan Electric Vehicle (EV) yang sangat besar di Indonesia, mengingat negara ini merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia, peluang untuk menerapkan EV semakin terbuka lebar. Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan bahwa total cadangan bijih nikel per tahun pada 2024 mencapai 5,913 miliar ton. Pergeseran industri otomotif global ke solusi ramah lingkungan semakin mendukung penggunaan EV. EV bukan hanya digunakan di perkotaan, tetapi juga di industri pertambangan sebagai alternatif armada berbahan bakar fosil yang lebih efisien, aman, dan ramah lingkungan.
Dorongan global menuju keberlanjutan dan kebijakan nasional terkait transisi energi mendorong penerapan EV di sektor tambang sebagai langkah strategis untuk menjaga daya saing industri sekaligus menjaga lingkungan. Meski pemerintah tengah mendorong penggunaan biodiesel, terdapat keluhan teknis terkait implementasi dari pelaku industri alat berat. Dalam transisi menuju biodiesel B50, muncul kekhawatiran terkait kesiapan teknologi dan infrastruktur di daerah tambang.
Kendaraan listrik menjadi opsi menarik untuk mengurangi ketergantungan pada biodiesel serta menekan biaya operasional jangka panjang dan emisi karbon. Namun, terdapat tantangan seperti penyediaan infrastruktur charging, penyesuaian teknis untuk kondisi tambang, dan pembiayaan awal yang besar. Untuk membahas masa depan industri pertambangan dengan kendaraan listrik, CNBC Indonesia akan mengadakan Sharing Session dengan tema “The Future EV In Mining Industry” di Jakarta. Diskusi ini akan mengulas peran kendaraan listrik dalam transformasi industri pertambangan yang ramah lingkungan dan efisien, serta menghadirkan pandangan dari tokoh dan pakar terkait adopsi kendaraan listrik di Indonesia. Jadi, pantau terus informasi terbaik di CNBC Indonesia untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam mengenai industri pertambangan dan penggunaan kendaraan listrik.