Ketegangan politik di Serbia mencapai puncaknya setelah aksi protes anti-pemerintah di Novi Sad berakhir dengan bentrokan keras. Protes ini dipicu oleh insiden tragis di stasiun kereta Novi Sad yang menewaskan 16 orang dan menimbulkan tuduhan korupsi terhadap pemerintah setempat. Demonstrasi nasional ini telah berlangsung selama 9 bulan dan berakhir dengan konfrontasi akibat serangan pendukung Partai Progresif Serbia (SNS) terhadap massa yang memaksa intervensi polisi.
Presiden Serbia, Aleksandar Vucic, bersama Menteri Dalam Negeri Ivica Dacic, mengumumkan bahwa bentrokan di Novi Sad melukai 16 polisi dan sekitar 60 pendukung SNS. Mereka juga menuding campur tangan pihak asing dalam insiden ini. Rekaman televisi menunjukkan penyemprotan suar dan petasan ke arah demonstran anti-pemerintah, memicu kekacauan di kota tersebut.
Dalam konteks ini, gerakan oposisi Move-Change menyalahkan pendukung Vucic atas kekerasan yang terjadi. Mereka menuntut pemilihan umum lebih awal untuk mengakhiri pemerintahan Vucic dan SNS serta menuduh keterlibatan pemerintah dalam korupsi dan kekerasan politik. Seruan protes semakin meluas setelah insiden di kota Vrbas, di mana beberapa demonstran terluka akibat serangan pendukung SNS.
Ketegangan tidak hanya terjadi di Novi Sad, namun juga merembet ke ibu kota, Beograd, di mana polisi mencegah demonstran mendekati kantor SNS setempat. Aksi protes ini menjadi momentum bagi masyarakat untuk memperjuangkan perubahan politik di Serbia dan menuntut akuntabilitas dari pemerintah saat ini.