Gempa megathrust adalah fenomena yang telah lama dikenal di Indonesia. Informasi ini disampaikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), yang menunjukkan bahwa gempa sering terjadi di wilayah Indonesia. Sejak gempa besar M7,1 di Megathrust Nankai Jepang Selatan pada Jumat 8 Agustus 2024, tercatat bahwa ada 7 gempa yang terjadi di Indonesia, meskipun tidak ada kaitannya dengan gempa megathrust di Jepang.
Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, gempa-gempa yang terjadi di Indonesia tidak berhubungan dengan rentetan gempa pasca-megathrust di Jepang. BMKG juga menyampaikan bahwa terdapat 13 segmen megathrust yang mengancam wilayah Indonesia, seperti Megathrust Mentawai-Pagai, Megathrust Selat Sunda, dan lain sebagainya.
Dalam konteks tren peningkatan gempa, Dwikorita Karnawati dari BMKG mengungkapkan bahwa kejadian gempa bumi di Indonesia menunjukkan peningkatan. Untuk menghadapi tantangan ini, pendekatan mitigasi bencana geohidrometeorologi dianggap penting oleh BMKG. Persiapan terhadap aktivitas tektonik yang meningkat dilakukan dengan mengoptimalkan jaringan seismograf. Data menunjukkan bahwa aktivitas gempa di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan jumlah gempa yang terjadi setiap tahun juga mengalami peningkatan.
Sejak peristiwa gempa-tsunami Aceh tahun 2004, BMKG telah memperluas jaringan seismograf dan membangun sistem info dini gempa serta peringatan dini tsunami. Dengan jumlah seismograf yang terus bertambah, BMKG terus meningkatkan upaya pemantauan dan peringatan terhadap gempa bumi di Indonesia. Data aktivitas gempa jangka panjang juga menunjukkan pola peningkatan kejadian gempa setiap tahun, yang menunjukkan pentingnya kewaspadaan dan kesiapan terhadap potensi gempa di Indonesia.