Israel dan Amerika Serikat (AS) telah melakukan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dalam upaya untuk membatasi kemampuannya dalam memproduksi senjata nuklir. Sebelum serangan tersebut dilakukan, badan intelijen AS telah menganalisis bahwa Iran belum membuat keputusan definitif terkait pembuatan bom nuklir. Pasca serangan tersebut, muncul diskusi lebih lanjut mengenai niat dan kapabilitas Iran dalam hal ini.
Menurut laporan dari The New York Times, ada beberapa tahapan utama yang diperlukan untuk membangun bom nuklir. Namun, apa dampak dari serangan Israel dan AS terhadap kemampuan Iran untuk melangkah dalam setiap tahapan ini, jika Iran memilih untuk melanjutkan program nuklirnya.
Iran telah mengembangkan keahlian teknis dan ilmiah dalam bidang teknologi nuklir selama beberapa dekade. Meskipun Israel mengklaim telah membunuh 14 pakar nuklir Iran dalam serangan terbaru, masih ada ilmuwan lain di Iran yang memiliki pengetahuan luas dalam bidang nuklir. Terlepas dari upaya pembunuhan terhadap ilmuwan nuklir Iran sebelumnya, Iran tetap mampu melanjutkan program nuklirnya.
Tambang bijih uranium Iran, yang merupakan bahan dasar untuk senjata nuklir, tampaknya tidak menjadi target serangan AS. Iran memiliki dua tambang uranium yang aktif, namun belum ada laporan terkait volume uranium yang diekstraksi dalam beberapa tahun terakhir. Proses pengayaan uranium di situs Natanz dan Fordo membutuhkan alat sentrifugasi berkecepatan tinggi yang sebagian besar dihancurkan oleh serangan Israel dan AS. Meskipun Iran mengklaim memiliki fasilitas pengayaan lain yang tidak terungkap, tidak ada bukti konkret terkait hal tersebut.
Secara keseluruhan, serangan Israel dan AS kemungkinan telah menghambat beberapa aspek dari program nuklir Iran, namun masih ada ketidakpastian terkait sejauh mana kemajuan Iran dalam membangun senjata nuklir. Tantangan teknis yang mungkin dihadapi Iran setelah serangan tersebut memberikan dampak penting terhadap kemampuan Iran dalam mencapai tujuan nuklirnya.