Berita  

Pasar Ular Sepi: Strategi Mengatasi Pembeli Kabur

Pada Senin sore, Jakarta Utara merasakan kondisi sepi di Pasar Ular. Pasar ini terkenal menjual barang-barang dengan merek ternama. Saat ini, jumlah pembeli yang datang ke pasar tersebut sangat minim, bahkan kurang dari puluhan. Hal ini merupakan perbedaan yang mencolok dibandingkan masa kejayaan pasar sebelum pandemi Covid-19. Sebelumnya, Pasar Ular ramai dengan pengakuan dari beberapa pedagang yang mengungkapkan bahwa lalu lintas di depan pasar tersebut padat. Namun, realitas yang terjadi sekarang membuat banyak pedagang berjuang keras untuk bertahan.

Dari data yang tersedia, terdapat sekitar 200 toko di Pasar Ular, dimana sebagian besar dari toko tersebut telah tutup sejak pandemi melanda. Soleh, seorang pedagang aksesoris, menyatakan kesulitannya karena pendapatan yang diterimanya kini tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Menurut Soleh, kondisi sepi sudah terjadi sejak Covid-19 mewabah, namun belakangan ini semakin parah.

Selain Soleh, pedagang sepatu di pasar tersebut, Sofyan, juga menyoroti penurunan pelanggan yang signifikan. Menurutnya, banyak pelanggan yang beralih ke belanja online karena harganya lebih murah. Gempuran toko online ini mengganggu penjualan di toko fisik, terutama bagi pedagang di Pasar Ular.

Sebagai pasar yang legendaris di Jakarta, Pasar Ular terkenal dengan barang-barang mewah dan klien kaya. Namun, dengan maraknya toko online dan daya beli masyarakat yang menurun, pasar ini menghadapi tantangan yang semakin berat. Meskipun begitu, pedagang seperti Sofyan tetap enggan membuka toko online karena dianggap ribet dan tidak sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan. Pasar Ular sendiri kini berjuang untuk bertahan di tengah gempuran era digital dan kondisi ekonomi yang tidak menentu.

Source link