Aktivitas pabrik di China telah mengalami kontraksi pada tingkat tercepat dalam 16 bulan pada bulan April 2025. Penurunan ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan tarif tertentu. Data dari Biro Statistik Nasional (NBS) menunjukkan bahwa indeks manajer pembelian (PMI) China resmi turun menjadi 49,0 pada bulan April, lebih rendah dari 50,5 pada bulan Maret sebelumnya. Hal ini merupakan angka terendah sejak Desember 2023 dan tidak sesuai dengan perkiraan median 49,8 dari jajak pendapat Reuters. Sementara itu, PMI non-manufaktur, yang mencakup jasa dan konstruksi, juga mengalami penurunan menjadi 50,4 dari 50,8 tetapi tetap di atas 50 yang menandakan pertumbuhan.
Ahli statistik NBS, Zhao Qinghe, menyatakan bahwa penurunan ini disebabkan utamanya oleh perubahan tajam dalam lingkungan eksternal China. Sebuah survei sektor swasta juga menunjukkan penurunan pesanan ekspor baru dan melambatnya aktivitas pabrik secara keseluruhan. Ekonom China di Capital Economics, Zichun Huang, berpendapat bahwa tarif yang diterapkan Trump dapat memperburuk situasi ekonomi China yang sedang dilanda tekanan akibat penurunan permintaan eksternal.
Beijing, yang bergantung pada ekspor untuk mendukung pemulihan ekonomi yang rapuh, sedang berjuang melawan deflasi dan krisis properti. Beberapa lembaga keuangan telah merevisi turun perkiraan pertumbuhan ekonomi China dalam beberapa tahun mendatang karena dampak tarif AS. Meskipun pemerintah China telah meningkatkan dukungan fiskal, ekonomi diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 3,5% tahun ini. Hal ini menunjukkan bahwa China akan menghadapi tantangan ekonomi yang besar dalam waktu yang akan datang.