Berita  

Fenomena Anak Dengan Ekor Busuk: Petaka Baru di China

Generasi muda China sedang menghadapi masalah sulitnya mendapatkan pekerjaan sesuai dengan jurusan kuliah mereka. Dalam sebuah laporan berjudul “Mengapa Sarjana Muda Banyak Menganggur di China”, banyak pencari kerja di Beijing mengeluh sulitnya menemukan pekerjaan yang sesuai dengan bidang studi mereka. Contohnya, Hu Die lulus dari jurusan desain namun kesulitan menemukan posisi yang sesuai. Hal yang sama dialami oleh Li Mengqi, sarjana teknik kimia yang masih menganggur delapan bulan setelah lulus. Bahkan, Chen Yuyan yang lulus dari jurusan keahlian makanan dan obat-obatan harus bekerja sebagai petugas sortir paket karena sulitnya menemukan pekerjaan dengan gaji yang layak.

Situasi ini juga mencerminkan krisis pasar kerja di China, dimana lulusan perguruan tinggi menemui tantangan besar dalam mencari pekerjaan sesuai keahlian mereka. Asisten profesor Sosiologi di University of Michigan, Zhou Yun, menyebutkan bahwa meskipun lulusan dari jurusan yang diminati seperti automasi dan Al banyak dicari, namun mereka tetap menghadapi kesulitan karena tingginya persaingan di pasar kerja. Istilah “anak dengan ekor busuk” muncul sebagai gambaran sarjana muda yang harus bekerja dengan gaji rendah dan bergantung pada orang tua karena tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan mereka.

Selain itu, generasi muda China lebih enggan menerima pekerjaan berkualitas rendah atau tidak stabil, serta tidak tertarik untuk memulai usaha kecil. Perubahan budaya ini juga menimbulkan istilah “merunduk” atau tangping, dimana kaum muda menolak kemungkinan meraih pekerjaan yang tidak sesuai minat mereka. Pengangguran berkepanjangan juga memiliki dampak psikologis yang dalam pada lulusan, menghilangkan tujuan hidup dan martabat mereka. Diharapkan pemerintah China dapat menemukan solusi untuk mengatasi tantangan lapangan pekerjaan yang semakin mendesak di negara tersebut.

Source link