Tinggal sepekan lagi puasa Ramadan akan berakhir, menandai masuknya Hari Raya Idulfitri 1446 H atau Lebaran 2025, yang diprediksi jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Namun, suasana Lebaran tahun ini terasa berbeda dengan adanya data ekonomi yang menunjukkan adanya pelemahan daya beli masyarakat, bahkan menjelang Lebaran. Data-data tersebut mencakup impor barang konsumsi yang mengalami penurunan, deflasi tahunan yang muncul setelah dua dekade, lonjakan pemutusan hubungan kerja (PHK), penurunan tabungan masyarakat, dan sepi di pusat perbelanjaan.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa impor barang konsumsi merosot pada Februari 2025, yang berkontribusi pada surplus neraca perdagangan Indonesia. Selain itu, deflasi tahunan muncul setelah 25 tahun terakhir, menunjukkan kondisi ekonomi yang rapuh. Terjadi peningkatan jumlah PHK yang mencapai 3.325 pekerja, serta penurunan signifikan pada tingkat tabungan masyarakat. Pusat perbelanjaan juga terlihat sepi menjelang Lebaran, menandakan dampak dari pelemahan daya beli masyarakat.
Para ahli ekonomi seperti Bhima Yudhistira dari Celios dan Andry Asmoro dari Bank Mandiri menyatakan keprihatinan mereka mengenai kondisi ekonomi yang terjadi menjelang Lebaran. Mereka menyebut kondisi daya beli yang terus menurun sebagai faktor utama dalam menggambarkan keadaan tersebut. Selain itu, perusahaan-perusahaan perbankan juga menyatakan bahwa aktivitas belanja masyarakat cenderung sepi, baik di toko langsung maupun online. Hal ini menunjukkan bahwa memang terjadi penurunan daya beli secara menyeluruh, yang harus dipertimbangkan untuk menghadapi masa depan yang lebih sulit.
Dengan adanya data-data ini, penting bagi pemerintah dan pelaku ekonomi untuk mencari solusi yang tepat guna mengatasi pelemahan daya beli masyarakat Indonesia. Upaya-upaya yang dilakukan haruslah strategis dan berkelanjutan, agar pembangunan ekonomi Indonesia tetap dapat berjalan dengan baik dan masyarakat bisa tetap merasakan keberlangsungan hidup yang layak. Peran semua pihak, mulai dari pemerintah, pelaku usaha, hingga masyarakat itu sendiri, sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan ekonomi yang semakin kompleks di masa mendatang.