Ketegangan di Semenanjung Korea mencapai titik tertinggi setelah Korea Utara mengeluarkan peringatan keras terhadap potensi pecahnya “perang nuklir pertama di dunia” setelah insiden pengeboman tidak disengaja oleh jet tempur Korea Selatan di sebuah desa perbatasan. Perjalanan hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan sempat semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir, dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, terus melakukan uji coba rudal balistik. Perjanjian militer antar-Korea yang ditandatangani pada 2018 juga runtuh tahun lalu. Selain itu, Korea Utara juga terlibat dalam mendukung Rusia dalam perang di Ukraina.
Pada Kamis lalu, insiden pengeboman yang tidak disengaja terjadi ketika dua jet tempur KF-16 milik Korea Selatan menjatuhkan delapan bom secara tidak sengaja, merusak desa perbatasan dan melukai puluhan orang. Para pejabat militer Korea Selatan menyalahkan kesalahan manusia dalam insiden ini, dengan salah satu pilot diketahui memasukkan koordinat serangan yang salah sebelum lepas landas.
Korean Central News Agency (KCNA) dari Korea Utara memberikan tanggapan tajam terhadap insiden tersebut, menggambarkan betapa dekatnya kejadian ini dengan potensi konflik besar. Mereka juga menghubungkan insiden dengan latihan militer Freedom Edge yang sedang berlangsung, menuduh bahwa latihan tersebut memiliki potensi untuk memicu perang nuklir pertama di dunia.
Respons dari Kepala Staf Gabungan Korea Selatan menyatakan bahwa mereka dan Amerika Serikat telah mengidentifikasi berbagai ancaman realistis dari Korea Utara, serta telah meminta maaf atas insiden pengeboman tersebut. Meskipun demikian, latihan militer Freedom Edge 25 masih berlanjut, dengan beberapa penyesuaian untuk mengevaluasi prosedur keselamatan. Semua pihak berusaha menjaga stabilitas di Semenanjung Korea di tengah ketegangan yang memuncak.