Red Bull mempertimbangkan kemitraan dengan Porsche namun tak kunjung terwujud karena Red Bull ragu akan kehilangan kendali dan kecepatan tindakan yang dimilikinya. Christian Horner, prinsipal Red Bull, menjelaskan bahwa negosiasi dengan Porsche selama enam bulan tidak menghasilkan kesepakatan, sementara dengan Ford hanya butuh waktu 12 minggu. Ford melihat kesempatan dari kegagalan Red Bull dengan Porsche dan segera mencari kemitraan.
Percakapan pertama antara Ford dan Red Bull berlangsung dengan antusiasme tinggi, ditandai dengan kesan positif yang diutarakan Horner saat pertemuan di Dearborn. Ford memilih Red Bull karena popularitas yang semakin meningkat dan aturan teknis 2026 yang sesuai dengan nilai perusahaan. Ford melihat Formula 1 sebagai wadah untuk inovasi dan transfer teknologi, sejalan dengan ambisi Ford dalam memperluas kehadiran mereka di dunia motorsport.
Ford mempertimbangkan berbagai opsi sebelum menandatangani kesepakatan dengan Red Bull. Selain membantu Red Bull dalam sektor kelistrikan mesin 2026, Ford juga membuka peluang kolaborasi dalam berbagai aspek teknologi. Pendekatan Ford yang terbuka dan fokus pada kebutuhan Red Bull membuat kolaborasi ini menjadi kuat dan proaktif.
Kemitraan ini tidak tanpa risiko, karena kedua belah pihak menyadari bahwa investasi dan kerja keras yang dilakukan termasuk risiko. Namun, seperti yang diungkapkan oleh Dietrich Mateschitz, tanpa risiko tidak akan ada kesenangan. Red Bull berharap kemitraan ini akan membawa kesuksesan dan pengembangan teknologi yang berkelanjutan di Formula 1.