Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, telah mengangkat Dan Caine sebagai Kepala Staf Gabungan Militer AS pada Jumat (21/2/2025) waktu setempat. Keputusan tersebut mengejutkan banyak pihak karena Caine, seorang pensiunan jenderal bintang tiga, sebelumnya tidak begitu dikenal di lingkungan Washington. Caine pertama kali bertemu dengan Trump di Irak pada tahun 2018 ketika Caine menjabat sebagai wakil komandan satuan tugas operasi khusus yang melawan ISIS dan menjanjikan bahwa ISIS dapat dihancurkan dalam seminggu. Hubungan antara Caine dan Trump telah berkembang sejak saat itu, dengan Trump memberikan pujian yang tinggi padanya.
Selain itu, Trump juga membicarakan pengalaman pertemuannya dengan Caine dalam beberapa kesempatan di hadapan publik. Trump menyebut Caine sebagai “jenderal sejati, bukan jenderal televisi”. Jika disetujui oleh Senat, Caine akan menjadi kepala militer AS yang akan menggantikan peran yang sebelumnya dipegang oleh Jenderal Angkatan Udara CQ Brown. Secara mengejutkan, Caine adalah seorang pensiunan pilot F-16 dan tidak memiliki latar belakang karier yang biasa sebagai penasihat militer utama presiden. Namun, Trump menilai bahwa Caine layak mendapatkan promosi tersebut setelah sebelumnya dilewatkan oleh Presiden AS sebelumnya, Joe Biden.
Caine memiliki latar belakang karier yang beragam, mulai dari lulus dari Virginia Military Institute pada tahun 1990 hingga menjabat sebagai direktur asosiasi untuk urusan militer di Badan Intelijen Pusat sebelum pensiun. Pengalaman Caine di Irak dari tahun 2018 hingga 2019 menjadi sorotan utama yang membantu memperkuat hubungannya dengan Trump. Secara keseluruhan, keputusan Trump untuk mengangkat Caine sebagai Kepala Staf Gabungan Militer AS memiliki dampak yang signifikan pada dinamika politik dan militer Amerika Serikat.