Pada akhir tahun 2024, Nissan menghadapi masalah besar sehingga rivalnya, Honda, menawarkan bantuan kerja sama senilai US$60 miliar atau sekitar Rp981 triliun. Proposal merger ini bertujuan untuk membantu keduanya bersaing dengan merek-merek China yang tengah mengguncang industri otomotif Jepang. Namun, pembicaraan merger gagal dalam waktu lebih dari sebulan karena Nissan merasa gengsi dan Honda mengusulkan agar Nissan menjadi anak perusahaan.
Dalam kesepakatan tersebut, Nissan yang selama bertahun-tahun menjadi produsen mobil terbesar kedua di Jepang setelah Toyota, bersikeras menerima perlakuan yang hampir setara meskipun posisinya lebih lemah. Honda menekan Nissan untuk melakukan pemangkasan lebih dalam pada tenaga kerja dan kapasitas pabriknya, namun Nissan menolak untuk menutup pabrik secara politis sensitif. Manajemen Honda melihat keteguhan hati Nissan sebagai pengambilan keputusan yang lambat sehingga menyebabkan gagalnya kesepakatan merger tersebut.
Melihat krisis yang semakin dalam, Nissan kini menghadapi ancaman tarif tambahan dari AS atas kendaraan yang dibuat di Meksiko. Baik Nissan maupun Honda dijadwalkan akan melaporkan laba pada Kamis (13/2/2025). CEO Nissan Makoto Uchida telah mengunjungi Honda minggu lalu untuk menyatakan bahwa ia ingin mengakhiri diskusi setelah Honda mengajukan proposal anak perusahaan. Kedua produsen mobil tersebut belum memberikan komentar resmi terkait pembicaraan tersebut. Tetap pantau informasi terbaru bulan ini untuk perkembangan selanjutnya.