Pemerintah Indonesia mencatat kinerja baik pada awal tahun ini, dengan inflasi yang terjaga dan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur menunjukkan kinerja yang impresif. Inflasi pada bulan Januari 2025 menurun menjadi 0,76% (yoy), dibandingkan dengan Desember 2024 yang mencapai 1,57% (yoy). Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bahwa pencapaian ini merupakan hasil dari sinergi kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas harga, terutama di tengah meningkatnya inflasi inti dan upaya pengendalian inflasi volatile food/VF serta inflasi administered price/AP.
Inflasi inti dan volatile food/VF mengalami kenaikan pada Januari 2025, sedangkan inflasi administered price/AP mengalami deflasi. Penurunan tarif listrik menjadi salah satu faktor, karena pemberian diskon tarif listrik 50% oleh pemerintah kepada pelanggan rumah tangga. Pemerintah juga telah menerapkan stimulus ekonomi untuk meningkatkan daya beli masyarakat, termasuk diskon tarif tiket pesawat.
Di sektor manufaktur, PMI Manufaktur Indonesia meningkat ke level 51,9 pada Januari 2025, menunjukkan kinerja yang impresif. Faktor pendorongnya adalah stabilitas permintaan pasar dan ekonomi dalam negeri, yang mendorong perusahaan untuk meningkatkan produksi dan tenaga kerja. Pemerintah fokus pada kebijakan yang mendukung sektor manufaktur, seperti penggunaan bahan baku lokal dan pemberian insentif fiskal.
Upaya pemerintah juga difokuskan pada perlindungan terhadap industri dalam negeri, melalui kebijakan safeguards dan anti dumping. Dalam upaya memperluas penetrasi produk Indonesia di pasar internasional, pemerintah sedang mempersiapkan Indonesia untuk bergabung dalam kesepakatan CP-TPP dan mempercepat perundingan Indonesia-EU CEPA. Sinergi antara pemerintah, Bank Indonesia, dan masyarakat diharapkan mampu memperkuat perekonomian Indonesia secara inklusif.