Di Desa Maron yang terletak di tengah perbukitan Probolinggo, Provinsi Jawa Timur, terdapat sebuah cerita inspiratif tentang keberhasilan petani alpukat. Desa ini dikenal dengan tanah subur yang menjadi tempat tumbuhnya pohon alpukat yang lebat, hasil dari kerja keras para petani di sana. Salah satu contoh cerita yang menginspirasi datang dari Dodik Handoko, Ketua Klaster Alpukat Probolinggo. Melalui program pemberdayaan BRI, Dodik berhasil mengembangkan bisnis alpukatnya secara signifikan. Mulai dari menjual 100 kilogram alpukat lokal Probolinggo ke pasar-pasar kecil, kini Dodik mampu memasok 30-40 ton alpukat ke berbagai pasar di Indonesia.
Alpukat Probolinggo telah menjadi ikon buah unggulan daerah dan dikenal hingga ke pasar-pasar besar di Jakarta dan beberapa wilayah lainnya. Dodik juga membuka peluang pasar di Medan saat stok alpukat lokal di sana habis. Dengan harga bervariasi tergantung pasarnya, alpukat dari Klaster Alpukat Probolinggo hadir dalam Bazar UMKM BRIliaN di Jakarta dan berhasil terjual habis dalam satu hari acara bazar tersebut.
Dodik mengungkapkan bahwa kerjasama dengan BRI sangat membantu dalam memperkenalkan alpukat Probolinggo ke pasar yang lebih luas, berdampak positif pada pendapatan dan eksposur produknya. Berkat program KlasterkuHidupku BRI, Dodik mulai mengembangkan usahanya sejak sembilan tahun lalu dengan modal bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI. Kemitraan yang sukses dengan BRI membantu bisnis alpukatnya tetap stabil dan berkembang hingga sekarang.
Dodik berharap kerjasama dengan BRI terus berlanjut untuk mendukung pertumbuhan usaha kecil menengah seperti miliknya. Program KlasterkuHidupku BRI menjadi salah satu strategi pemberdayaan kelompok usaha yang saling mendukung dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, menekankan pentingnya pemberdayaan dalam strategi bisnis MikroBRI yang fokus pada kesamaan usaha dalam satu wilayah guna mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan untuk para pelaku UMKM di Indonesia.