Berita  

“Trump Presiden AS Picu Malapetaka Asia: RI Disebut”

Presiden terpilih Amerika Serikat pada 2024, Donald Trump, meraih popularitas setelah mengumpulkan 277 electoral college dari hasil penghitungan suara popular vote pada tanggal 5 November. Untuk menang dalam pemilihan presiden, dibutuhkan setidaknya 270 electoral college. Sementara calon presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris, hanya meraup 224 electoral college. Di tengah pemberitaan kemenangan Trump, kekhawatiran atas perang dagang yang kembali dalam era kepemimpinannya mulai mencuat. Banyak negara Asia terutama mendapat sorotan karena akan terdampak oleh kebijakan Trump yang berfokus pada pengurangan defisit perdagangan. Kemungkinan kenaikan tarif impor ke China dan negara-negara lain yang diungkapkan Trump saat kampanye, serta pengalihan perdagangan dari China ke negara-negara seperti Vietnam, Korea Selatan, dan Taiwan menjadi perhatian utama. Dari surplus perdagangan yang dicatat dalam beberapa tahun terakhir, terlihat bagaimana dinamika perdagangan antara AS dan Asia memberikan gambaran mengenai kemungkinan kerugian ekonomi di berbagai negara jika Trump kembali menaikkan tarif impor. Analisis dari berbagai lembaga menunjukkan bahwa perang dagang ini bisa berdampak pada keseimbangan ekonomi global, dengan adanya proyeksi penurunan ekspor dan impor serta dampak langsung terhadap PDB negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan perdagangan Trump dalam masa jabatan keduanya diharapkan dapat memberikan solusi yang seimbang bagi kepentingan global tanpa menimbulkan ketegangan yang berkepanjangan.