Israel baru-baru ini berhasil merebut Gunung Hermon, puncak tertinggi di Suriah, setelah menyerang hampir 500 sasaran dan menghancurkan sebagian besar wilayah Suriah. Gunung Hermon memiliki letak strategis yang sangat penting, menghadap Lebanon, Suriah, dan Israel, dan telah menjadi zona penyangga antara kedua negara selama bertahun-tahun. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) bahkan telah maju hingga 25 kilometer dari ibu kota Suriah sebagai persiapan menghadapi musim dingin yang keras.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan pentingnya mempertahankan kendali atas Gunung Hermon untuk keamanan negara. Israel sebelumnya telah merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah pada tahun 1967 dan terus mendudukinya sejak saat itu. Meskipun telah lama menguasai sebagian lereng Gunung Hermon, puncaknya tetap berada di wilayah Suriah.
Puncak Gunung Hermon memiliki ketinggian 2.814 meter, menjadikannya lebih tinggi dari titik tertinggi di Suriah atau Israel. Hal ini memungkinkan Israel untuk memiliki kendali yang luas atas kota-kota strategis di sekitarnya, termasuk Damaskus yang hanya berjarak 35 kilometer dari puncak tersebut.
Namun, tindakan Israel dalam merebut Gunung Hermon ini menuai berbagai reaksi, termasuk dari pemberontak Suriah yang menuding Israel melanggar “garis keterlibatan” di Suriah. Negara-negara tetangganya juga meminta Israel untuk menarik pasukannya dari wilayah Suriah demi menjaga stabilitas kawasan.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel tidak berniat untuk campur tangan dalam urusan dalam negeri Suriah, namun akan melakukan segala upaya yang diperlukan untuk menjaga keamanan negaranya. Wakil Perdana Menteri Yordania, Ayman Safadi, mengingatkan bahwa pelanggaran kedaulatan Suriah oleh Israel dapat berujung pada ketegangan yang meruncing di kawasan tersebut. Peristiwa ini menunjukkan kompleksitas hubungan antara Israel dan negara-negara tetangganya serta dampak geopolitiknya terhadap stabilitas regional.