Perang antara Rusia dan Ukraina terus meningkatkan ketegangan dan perhatian dunia. Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, menyatakan bahwa Jerman terbuka untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina, tetapi hanya jika ada gencatan senjata yang nyata. Jerman, sebagai anggota NATO terbesar kedua dalam hal pengeluaran militer, telah menjadi salah satu pendukung Ukraina dalam perang melawan Rusia.
Prancis dan Inggris juga sedang mempertimbangkan untuk mengerahkan pasukan mereka ke Ukraina sebagai pasukan penjaga perdamaian untuk mendukung gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina. Namun, Kanselir Jerman, Olaf Scholz, menegaskan bahwa belum ada keputusan konkret terkait pengiriman pasukan ke Ukraina sebelum adanya gencatan senjata yang berkelanjutan antara kedua negara.
Informasi dari Badan Intelijen Luar Negeri Rusia menunjukkan bahwa negara-negara Barat sedang mempertimbangkan untuk mengirim sebanyak 100.000 personel sebagai pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina. Tujuannya adalah untuk memberi kesempatan Kiev untuk membangun kembali kekuatan militernya sebelum kembali berkonflik dengan Rusia. Sementara NATO menyatakan kesiapan untuk mendukung Ukraina setelah Presiden AS baru, Donald Trump, dilantik pada bulan Januari.
Keseluruhan situasi ini memicu spekulasi dan perhatian luas dari banyak pihak terkait strategi dan langkah selanjutnya dalam penyelesaian konflik antara Rusia dan Ukraina. Tantangan terus berlanjut di tengah kekhawatiran akan potensi eskalasi yang lebih besar yang dapat membawa konflik regional menjadi perang dunia.