Penjualan mobil listrik atau electric vehicle (EV) di kawasan Asia Tenggara sedang meningkat. Fenomena ini membawa potensi ekonomi besar bagi negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia.
Kepala Departemen Bisnis Hyundai Motor Asia Pasifik, Hendry Pratama, mengungkapkan volume permintaan EV di wilayah ini. Hal ini diungkapkannya dalam diskusi ‘Kemitraan Hijau Indonesia-Korea Selatan: Jalur Strategis dalam Industri Kendaraan Listrik’ yang diselenggarakan oleh FPCI dan Korea Foundation di Jakarta Selatan.
“Jika kita melihat pasar Asia, masing-masing memiliki karakteristiknya sendiri. Namun, jika dilihat dari segi volume permintaan, Thailand masih menjadi nomor satu di ASEAN,” kata Hendry.
Hendry menjelaskan bahwa Thailand dapat mendominasi pasar ASEAN karena memiliki keunggulan kompetitif, dengan banyak perusahaan Jepang yang telah lama membangun pabrik mobil di negara tersebut. Sekarang, perusahaan-perusahaan ini beralih membuat kendaraan listrik.
“Setelah Thailand, Indonesia berada di posisi kedua, diikuti oleh Vietnam yang sebagian besar didukung oleh VinFast, merek otomotif yang dibuat oleh perusahaan terbesar di Vietnam,” kata Hendry.
“Sementara Singapura memiliki tingkat penetrasi yang tinggi, namun volume permintaannya kecil,” tambahnya.
Terkait dengan pemain kendaraan EV di ASEAN, Hendry menjelaskan bahwa hal ini berbeda-beda.
“Masing-masing pasar memiliki pemain yang berbeda. Misalnya di Indonesia dan Thailand didominasi oleh perusahaan-perusahaan China, berbeda dengan Vietnam yang lebih banyak pemain lokal,” ungkapnya.
Sementara di tingkat global, Hendry menyebutkan bahwa China dan Amerika Serikat masih menduduki posisi teratas. Kedua negara tersebut sudah mengadopsi kendaraan listrik lebih awal dibandingkan negara lain.
Hyundai, produsen kendaraan asal Korea Selatan, telah memiliki pabrik mobil di Indonesia. Pada bulan Juli lalu, PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) resmi memproduksi mobil listrik Hyundai All New KONA Electric di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Nilai investasi pabrik Hyundai di Indonesia sekitar US$1,55 miliar atau sekitar Rp25,06 triliun hingga tahun 2030. Pj Bupati Kabupaten Bekasi, Dani Ramdan, mengatakan investasi ini akan menguntungkan Indonesia, terutama Kabupaten Bekasi karena akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja lokal.
Seiring dengan investasi Hyundai di Indonesia, Pemerintah Kabupaten Bekasi juga akan memperluas jaringan stasiun pengisian listrik di wilayahnya agar masyarakat tidak perlu bepergian jauh untuk mengisi daya mobil listrik.