Sejarah Kerajaan Mataram tidak terlepas dari peran dan sosok Amangkurat 1 atau yang dikenal sebagai Amangkurat Agung. Ia adalah putra dari Sultan Agung dan keturunan Panembahan Senopati, pendiri Mataram.
Untuk mengenang kehidupan Amangkurat Agung, masyarakat di Tegal Arum, Tegal, Jawa Tengah, bersama keturunan Amangkurat 1 akan mengadakan haul dengan berbagai prosesi adat.
Utami Suryo Negoro, perwakilan keluarga keturunan Amangkurat 1, menyatakan bahwa prosesi haul akan dilaksanakan sesuai dengan adat dan tata cara yang telah diwariskan turun-temurun pada 31 Agustus 2024.
Prosesi haul ini bertujuan untuk mengenalkan kembali jasa dan prestasi yang telah ditorehkan oleh Amangkurat 1. Tradisi haul ini dilestarikan agar generasi sekarang dapat memahami dan menghargai budaya nenek moyang mereka.
Haul Amangkurat 1 juga merupakan langkah awal bagi keturunan Trah Amangkurat 1 untuk mengusulkan Amangkurat Agung sebagai Pahlawan Nasional.
Amangkurat 1 dikenal memiliki banyak prestasi selama pemerintahannya dari tahun 1646-1677, antara lain membangun pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Bendungan Serayu di Purbalingga, Pusat Kuliner di Banyumanik Semarang, pengembangan pelabuhan Tanjung Emas di Kendal Semarang, hingga perkebunan kopi di Ungaran.
Selain itu, Amangkurat 1 juga membangun industri logam di Kudus dan gedung seni di Genjeran Surabaya.
Referensi mengenai prestasi Amangkurat 1 diperoleh dari Juru Kunci di Makam Amangkurat Agung di Tegal Arum. Amangkurat Agung juga belajar di luar negeri dan menjadi murid dari Sunan Kalijogo di Kadilangu Demak. Amangkurat Agung dianggap sebagai tokoh pembangunan di awal Kerajaan Mataram.
Wikipedia menyebut Amangkurat 1 sebagai penguasa Mataram keempat yang memerintah dari 1646 hingga 1677. Selama pemerintahannya, ia menghadapi percobaan penggulingan kekuasaan dan Pemberontakan Trunajaya akibat kebijakannya yang memicu ketidakpuasan.