Pedagang pasar tradisional mengatakan bahwa kenaikan harga beras belakangan ini adalah yang tertinggi sepanjang sejarah di era Presiden Joko Widodo. Kenaikan harga beras tersebut melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah dan mencetak rekor baru, mencapai Rp18 ribu per kilogram (kg).
Anggota Komisi XI DPR RI, Marinus Gea, menyatakan bahwa kesulitan masyarakat untuk mendapatkan beras medium dan premium akibat kelangkaan stok di pasaran telah menyebabkan terjadinya kenaikan inflasi secara nasional yang tak terhindarkan.
Politisi PDI-Perjuangan ini menyebutkan bahwa keberadaan bantuan sosial beras sebesar 10 kg yang diberikan menjelang Pilpres 2024, sebelum terjadi kelangkaan di pasar, telah memicu persaingan dengan stok beras di pasar. Hasilnya, terjadi lonjakan harga dan bahkan kelangkaan beras.
Menurut Marinus, keterbatasan stok beras nasional mendorong impor sebagai solusi tercepat untuk mengatasi kelangkaan bahan pangan nasional dan menahan laju inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga pangan.
Marinus juga berharap adanya kerjasama antara Bank Indonesia dengan Pemerintah Daerah guna mengendalikan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga beras dan komoditas pangan lainnya menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) Idul Fitri 2024.
Terakhir, Marinus berharap bahwa ketika pasokan beras sudah tersedia, distribusi harus baik dan tepat sasaran. Dalam jangka pendek, langkah ini dapat dilakukan bersama-sama oleh para pemangku kepentingan dan Bank Indonesia dalam mengendalikan stabilitas harga sehingga inflasi tidak terlalu tinggi dan ekonomi nasional tidak terganggu.