Dewan Energi Nasional (DEN) menyebutkan bahwa Indonesia akan tetap bergantung pada energi fosil, khususnya Bahan Bakar Minyak (BBM), sebagai konsumsi energi final yang mendominasi hingga 10 tahun ke depan.
DEN mencatat bahwa BBM masih mendominasi konsumsi energi final dan diproyeksikan akan tetap tinggi hingga 10 tahun mendatang.
Konsumsi BBM hingga tahun 2033 diproyeksikan mencapai 113 juta Tonne Of Equivalent (TOE) dengan skenario Hymne atau penerapan kebijakan eksisting, dan 96 juta TOE dengan skenario Mars atau kebijkan menuju Indonesia Emas 2045 dan Net Zero Emission 2060.
Pertumbuhan konsumsi BBM pada kedua skenario masih terhitung di bawah rata-rata pertumbuhan total konsumsi energi final. Hal ini dipengaruhi oleh adanya upaya substitusi BBM ke energi listrik, pemanfaatan biodiesel, dan penggunaan hidrogen pada sektor transportasi.
Pertumbuhan konsumsi energi terbesar berdasarkan jenisnya adalah tumbuhan konsumsi biodiesel dan bioetanol, dengan jumlah masing-masing jenis akan meningkat rata-rata sebesar 7,4% (Hymne) dan 7,5% (Mars).
Pada tahun 2033, konsumsi energi per region didominasi oleh region Jawa-Bali, namun pertumbuhan konsumsi energi di region Jawa-Bali paling kecil dibandingkan dengan region lainnya. Sedangkan pertumbuhan konsumsi energi terbesar berada pada region Sulawesi, dengan pertumbuhan mencapai 6,9% (Hymne) dan 5,8% (Mars).
DEN menyimpulkan bahwa kondisi ini menunjukkan Indonesia masih akan bergantung pada BBM hingga 10 tahun ke depan, meskipun terjadi peningkatan penggunaan energi terbarukan.