BeritaBerkala: Portal Informasi Harian hingga Bulanan
Berita  

Kapal Perang AS-Inggris Bersiap Turun Lawan Houthi di Laut Merah yang Makin Membara

Kapal Perang AS-Inggris Bersiap Turun Lawan Houthi di Laut Merah yang Makin Membara

Eskalasi terus terjadi di Laut Merah. Kali ini, kapal perang Amerika Serikat (AS) dan Inggris mulai dikerahkan untuk menangkis serangan-serangan yang dilancarkan oleh milisi Yaman, Houthi.

Selasa malam hingga Rabu (10/1/2024) pagi waktu setempat, Houthi dilaporkan menembakkan roket dan drone ke kapal-kapal dagang yang melintas di wilayah tersebut. Sekitar 50 kapal dagang berada di daerah tersebut pada saat serangan terjadi.

Menurut laporan dari AFP, kapal perusak Inggris, HMS Diamond, dan kapal perang AS telah menembak jatuh lebih dari 20 drone dan rudal yang diluncurkan oleh Houthi di Laut Merah. London mengatakan serangan tersebut sebagai “serangan terbesar” yang dilakukan oleh pemberontak yang didukung Iran itu.

“Semalam, HMS Diamond, bersama dengan kapal perang AS, berhasil menangkis serangan terbesar kelompok Houthi yang didukung Iran di Laut Merah hingga saat ini,” kata Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps dalam sebuah pernyataan dikutip AFP.

“Inggris bersama sekutunya sebelumnya telah menjelaskan bahwa serangan ilegal ini benar-benar tidak dapat diterima,” tambahnya.

“Sementara itu, Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan Houthi telah melancarkan serangan kompleks dengan menggunakan drone buatan Iran. Houthi juga menembakkan rudal jelajah anti-kapal dan rudal balistik anti-kapal dari wilayah Yaman.”

Serangan Houthi terjadi seminggu setelah 12 negara yang dipimpin oleh AS, tergabung dalam Operation Prosperity Guardian. Negara-negara itu berjanji membalas Houthi jika serangan terus dilakukan di Laut Merah.

Situasi ketegangan di Timur Tengah telah menimbulkan efek global. Ini disebabkan strategisnya Dunia Arab itu di panggung perdagangan internasional global dan menjadi pusat produksi migas dunia.

Beberapa raksasa perkapalan dunia seperti Maersk, Mediterranean Shipping Company (MSC), Ocean Network Express (ONE), Hapag Lloyd, dan Hyundai Merchant Marine (HMM) memilih untuk menghindari perairan Laut Merah, yang mengakomodir 15% perdagangan dunia, akibat serangan Houthi. Mereka memilih untuk memutar ke Tanjung Harapan di ujung Selatan Afrika, meski waktu tempuh bertambah yang juga ikut meningkatkan ongkos pelayaran.

Ini pun akhirnya berdampak pada kenaikan tarif pengiriman. Tarif angkutan barang dari Asia ke Eropa Utara meningkat lebih dari dua kali lipat pada minggu ini menjadi di atas US$ 4.000 (Rp 62 juta) per unit 40 kaki.

Situasi ini pun telah membawa dunia dalam ancaman keterlambatan dan akhirnya berdampak pada sistem rantai pasok global. Selain itu, inflasi juga mengintai akibat lonjakan harga pengiriman ini.