BeritaBerkala: Portal Informasi Harian hingga Bulanan
Berita  

Hamas memberikan tanda-tanda perdamaian kepada Israel di Gaza

Kelompok militan Hamas memberi isyarat damai kepada Israel di wilayah Gaza, Palestina. Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, mengatakan bahwa kelompok milisi tersebut terbuka untuk melakukan perundingan guna mengakhiri perang.

Dalam pidatonya yang disiarkan di televisi, Haniyeh menyatakan bahwa Hamas siap untuk berdialog dengan Israel. Dia berharap bahwa pembicaraan di masa depan dapat membentuk “rumah Palestina” baik di Tepi Barat maupun di Jalur Gaza.

Haniyeh menyatakan, “Kami terbuka untuk mendiskusikan pengaturan atau inisiatif apa pun yang dapat mengakhiri agresi dan mengarah pada jalur politik yang menjamin hak rakyat Palestina atas negara merdeka mereka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.”

Namun, Haniyeh juga memperingatkan bahwa upaya untuk mengecualikan Hamas dan kelompok bersenjata lainnya dari penyelesaian pasca perang akan menjadi sebuah ilusi. Menurutnya, faksi perlawanan harus dilibatkan dalam proses tersebut.

Israel melancarkan kampanye militer di Gaza untuk membalas tindakan Hamas yang menembus tembok perbatasan pada 7 Oktober dan menyerbu pemukiman serta pangkalan militer di Israel selatan. Para pejabat Israel mengatakan bahwa lebih dari 1.200 orang tewas akibat serangan tersebut.

Meski beralasan untuk mengeliminasi Hamas, serangan Israel telah menewaskan 18 ribu warga sipil Gaza dan memaksa ratusan ribu warga di wilayah itu mengungsi.

Komentar Haniyeh muncul hanya satu hari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa negara Palestina tidak mungkin terwujud. Ia bahkan bersumpah untuk tidak pernah mengulangi kesalahan Perjanjian Oslo, perjanjian perdamaian tahun 1993 yang menciptakan peta jalan bagi negara Palestina yang berdaulat.

Lebih dari 30 tahun kemudian, pasukan Israel terus menduduki Tepi Barat sementara Pemerintah Israel mempertahankan blokade ketat di Jalur Gaza.

Amerika Serikat, yang masih menjadi donor militer utama Israel, telah menyuarakan dukungannya untuk “jeda” singkat dalam pertempuran tersebut, namun terus menentang gencatan senjata yang lebih panjang dengan alasan bahwa hal itu hanya akan membantu Hamas.

Exit mobile version