Koordinator bantuan darurat PBB, Martin Griffiths, menyatakan bahwa serangan militer Israel di Gaza Selatan sama dahsyatnya dengan di Utara. Ia bahkan menggambarkan serangan Israel tersebut telah membuat Gaza hancur seperti kiamat.
Griffiths mengatakan serangan yang terus berlanjut telah merampas sarana penting bagi relawan untuk membantu 2,3 juta penduduk Gaza. Atas nama komunitas bantuan internasional, ia kembali meminta gencatan senjata di wilayah itu.
Komentarnya muncul ketika militer Israel mengumumkan serbuan ke kota utama Gaza Selatan pada hari pertempuran paling sengit sejauh ini, dengan rumah sakit berjuang menangani sejumlah warga Palestina yang tewas dan terluka.
“Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melancarkan operasi darat ke Gaza utara pada 27 Oktober, 20 hari setelah kelompok milisi Hamas melakukan serangan lintas batas ke Israel pada 7 Oktober lalu yang menewaskan 1.200 warga Israel,” kata Griffiths.
Setelah gencatan senjata selama seminggu pada tanggal 1 Desember, tank dan infanteri telah bergerak ke Selatan, dengan fokus pada Khan Younis. IDF mengatakan pasukannya telah mencapai jantung kota pada hari Selasa.
Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS), Jake Sullivan, menunjuk pada rencana IDF untuk membagi Gaza menjadi distrik-distrik kecil dan memperingatkan penduduk akan kemungkinan operasi militer di distrik mereka, sebagai “langkah yang sangat tidak biasa bagi militer modern” untuk menghindari kematian warga sipil.
Para pejabat AS mengatakan pada hari Senin bahwa masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan mengenai jalannya perang di Gaza Selatan. Namun Griffiths mengatakan sudah jelas bahwa tidak ada perbaikan dan upaya diplomatik AS untuk mempengaruhi IDF telah gagal.
“Cara operasi militer yang dilakukan di wilayah selatan sangat mirip dengan apa yang kita lihat di wilayah utara,” ujarnya.
Griffiths juga mengatakan bahwa lembaga kemanusiaan tidak bisa lagi menyelamatkan situasi ini. Mereka akan tetap tinggal dan berusaha, namun harus menghadapi kenyataan bahwa ini bukan lagi operasi kemanusiaan, melainkan upaya untuk menyelamatkan nyawa masyarakat Gaza.