Gaza – Gencatan senjata sementara di Gaza, yang dilakukan Hamas dan Israel, diperpanjang. Sebelumnya jeda perang itu telah berlangsung empat hari.
Mengutip pembaruan Al-Jazeera, Selasa (22/11/2023) dini hari, pernyataan langsung dikatakan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al-Ansari. Meski demikian, gencatan senjata hanya akan diperpanjang 48 jam alias dua hari.
“Kami berharap … kita akan meningkatkan jumlah sandera yang keluar dari Gaza,” katanya.
“Setiap hari yang bisa kita beli dengan ketenangan, tentu saja sangat berharga bagi masyarakat Gaza, terutama dalam hal mendatangkan bantuan kemanusiaan,” tegas Al-Ansari lagi.
Ia pun mengatakan selama 48 jam ke depan negosiasi baru akan dilakukan. Khususnya untuk memperpanjang gencatan senjata dan menjamin pembebasan lebih banyak tawanan sipil.
“Kami berharap momentum ini… akan membantu kami membuka pintu perundingan untuk gencatan senjata yang lebih langgeng dan berkelanjutan,” tambahnya.
“Prioritas kami adalah mengajak pihak-pihak yang paling berisiko keluar sebelum membahas isu-isu jangka panjang,” ujarnya.
“Tentu saja, segera setelah kami menyelesaikan masalah perempuan dan anak-anak, dan kemudian laki-laki sipil, kami akan mulai bernegosiasi mengenai personel militer yang ditahan di Gaza.”
Diketahui Qatar menjadi mediator konflik Israel dan Hamas. Mesir juga mengambil peran yang sama dalam konflik ini.
Hamas dikatakan sejumlah media membenarkan perpanjangan senjata. Namun belum ada komentar langsung dari Israel meski seorang pejabat Gedung Putih mengonfirmasi bahwa kesepakatan telah tercapai.
Pengumuman perpanjangan tersebut muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, utusan utama Uni Eropa (UE) Josep Borrell, dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menambahkan seruan untuk menghentikan pertempuran lebih lama. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan langkah perpanjangan sebagai “secercah harapan dan kemanusiaan di tengah kegelapan perang”.
Pembebasan Sandera dan Tahanan
Sementara itu, Senin malam pada momen terakhir dari gencatan senjata awal selama empat hari, 11 warga Israel yang disandera Hamas telah dibebaskan. Imbalannya, Israel membebaskan 33 tahanan Palestina, yang sebagian besar adalah anak di bawah umur.
“Warga Israel yang dibebaskan adalah warga negara ganda Perancis, Jerman dan Argentina,” bunyi pernyataan lengkap Qatar.
Mengutip The Guardian, selama empat hari pertama, total 50 sandera dan 150 tahanan Palestina akan ditukar. Sebelum Senin, sebanyak 39 sandera telah ditukar dennen 117 tahanan, di mana 19 orang adalah warga Thailand.
Bahan Bakar Belum Masuk Gaza
Di sisi lain, dikutip AFP, Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengeluhkan bolum masuknya bahan bakar ke wilayah itu. Padahal sudah ada jeda selama empat hari, dan bahan bakar sanat dibutuhkan di rumah sakit di utara Jalur Gaza.
Wali Kota Gaza, Yahya al-Siraj, juga mengeluh hal yang sama. Tanpa bahwa tanpa bahan bakar, ujarnya, wilayah tersebut tidak dapat memompa air bersih atau membersihkan sampah yang menumpuk di jalan-jalan, dan memperingatkan potensi “bencana” kesehatan masyarakat.
Di Kota Gaza, gencatan senjata memperjelas skala kehancuran yang terjadi. Orang-orang berjalan atau bersepeda di sepanjang jalan yang dipenuhi puing-puing melewati mobil-mobil yang rata dan bangunan-bangunan yang hancur.
Di rumah sakit Al-Shifa, yang menjadi titik fokus perang, pemuda Gaza bekerja untuk membersihkan fasilitas tersebut. Mereka berharap rumah sakit tersebut dapat segera melanjutkan aktivitasnya.
Sejauh ini serangan Israel sudah menewaskan 15.000 orang di Gaza. Sebagian besar adalah anak-anak dan wanita.