Djakarta, CNBC Indonesia – Chief Executive Officer PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati berbicara tentang urgensi energi dan langkah perusahaan dalam mengurangi emisi karbon. Nicke menjelaskan hal itu dalam salah satu sesi talkshow Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 (COP28) di Paviliun Indonesia, Expo City, Dubai, Uni Emirat Arab, Kamis (30/11/2023).
“Kita harus mengelola tiga isu terkait energi. Pertama, keamanan energi. Kedua, keadilan energi. Ketiga, keberlangsungan energi,” ujarnya.
Nicke mengatakan, sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki target pertumbuhan ekonomi yang stabil. Energi menjadi katalis untuk mencapai target tersebut.
“Itulah mengapa kita menempatkan keamanan energi sebagai prioritas utama,” kata Nicke.
Namun, menurutnya, keadilan energi, keberlangsungan energi, dan keterjangkauan energi juga harus dikelola dengan baik.
Dalam konteks mengurangi emisi karbon, Nicke menekankan bahwa Pertamina mengembangkan energi baru dan energi terbarukan (EBET) dengan menggeser bahan bakar fosil ke EBET. Meskipun begitu, energi fosil tidak ditinggalkan sepenuhnya.
“Indonesia memiliki target untuk meningkatkan produksi minyak dari 700 ribu barel menjadi 1 juta barel pada tahun 2030. Namun, kita harus melakukannya dengan cara yang berbeda,” ujar Nicke.
Lebih lanjut, mantan direktur PLN itu menjelaskan bahwa Pertamina terus mengembangkan produk dengan karbon yang rendah, salah satunya biodiesel.
“Kita memiliki kapasitas untuk itu,” kata Nicke.
Ia juga mencontohkan produk-produk Pertamina seperti biogasoline hingga produk Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bahan bakar aviasi berkelanjutan dengan campuran kandungan energi terbarukan.
Pengembangan SAF merupakan salah satu upaya transisi energi, terutama di bisnis aviasi, dan mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) 2060. Pertamina SAF merupakan bahan bakar ramah lingkungan, yang menggunakan campuran komponen minyak sawit dalam formula SAF sehingga dapat mengurangi emisi gas buang pesawat terbang.
“Kami berkomitmen mengembangkan sustainable fuel,” kata Nicke.