Kalangan ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun ini masih dapat tumbuh di atas 5% secara tahunan (yoy), meskipun pada kuartal III-2023 pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 4,94% dari kuartal II-2023 yang masih mampu tumbuh 5,17%.
Ekonom senior yang juga merupakan mantan Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati menjelaskan potensi terjaganya pertumbuhan ekonomi di atas 5% atau teparnya 5,1% hingga akhir tahun karena adanya potensi tumbuhnya konsumsi, dipicu penyelenggaraan pesta politik Pemilu atau Pilpres 2024 yang memasuki masa kampanye akhir November 2023.
“Pemerintah juga sudah mengatakan belanja pemerintah akan naik, karena program strategis nasional sudah mau selesai, jadi pasti ada itu, lalu ada soal politik. Belanja politik yang naik mudah-mudahan ada trade-off menutup sedikit pelemahan di kuartal IV,” ucap Anny dalam program Profit CNBC Indonesia dikutip Selasa (7/11/2023).
Kendati begitu, ia mengatakan, berdasarkan pola musimannya, kuartal III dan IV biasanya pertumbuhan ekonomi memang akan lebih rendah dibandingkan kuartal II. Diperburuk dengan potensi tekanan inflasi akhir tahun yang memperlemah konsumsi masyarakat, terutama komoditas pangan yang tengah memasuki masa tanam dan diperburuk dengan efek El Nino.
“Ini yang mungkin perlu kita antisipasi penurunan daya beli di kelas bawah miskin yang dampaknya langsung ke kesejahteraan mereka dan kelas menengah yang pendapatannya terkoreksi karena faktor suku bunga dan nilai tukar yang membebani pendapatannya dan karena kenaikan harga pangan,” kata Anny.
Sementara itu, ekonom senior DBS Group Research, Radhika Rao memperkirakan, pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2023 berpotensi tumbuh di level 5%. Terutama karena rata-rata pertumbuhan kuartal I-III 2023 yang masih di level 5,1% tak jauh berbeda dari ekspektasi DBS.
Ia mengatakan, potensi pertumbuhan tersebut serupa dengan yang diperkirakan Anny, yakni ada masa kampanye Pemilu atau Pilpres 2024 yang datang seperti ‘durian runtuh’ berpotensi mendorong konsumsi. Meskipun, ada tekanan melonjaknya inflasi pada harga-harga pangan karena efek berkepanjangan El Nino hingga kuartal I-2024, berdasarkan perkiraan BMKG.
“Pada kuartal terakhir tahun ini, di luar base effect, kami memperkirakan dimulainya periode kampanye pra-pemilu akan memberikan dorongan pada konsumsi, bahkan ketika investasi greenfield tergelincir ke dalam mode wait and see,” tuturnya.
“Secara keseluruhan, kami masih nyaman dengan perkiraan pertumbuhan 5% untuk tahun ini,” ucap Raditya.
Adapun tim ekonom Bank Mandiri memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun masih bisa di atas 5%, dengan perkiraan proyeksi sebesar 5,04%. Ditopang oleh kinerja variabel-variabel domestik, lantara variabel eksternal akan tertekan pelemahan ekonomi global.
“Mengingat perlambatan ekonomi global dan meningkatnya volatilitas di pasar global masih dapat terjadi hingga akhir tahun,” kata Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro.
Ia memperkirakan, penopang pertumbuhan akhir tahun masih akan didorong oleh belanja pemerintah, melalui paket kebijakan ekonomi, termasuk dalam bentuk bantuan sosial yang digulirkan untuk meredam pelemahan konsumsi akibat tekanan inflasi pangan.
Kementerian Keuangan menurutnya juga telah menyatakan bahwa pengeluaran di kuartal akhir 2023 dapat mencapai Rp 1.155 triliun. Dengan asumsi defisit fiskal mencapai 2,30%, ia memperkirakan likuiditas fiskal neto (belanja pemerintah – pajak – penerbitan utang) dapat mencapai Rp 454 triliun.
“Dengan demikian, hal ini selain akan mendorong stimulus konsumsi rumah tangga, juga akan meningkatkan likuiditas di sektor perbankan yang saat ini masih dalam kondisi yang relatif ketat. Selain itu, dana pemerintah daerah di perbankan diperkirakan akan menurun di kuartal III, yang mengindikasikan penggunaan dana untuk infrastruktur dan belanja lainnya yang juga dapat mendukung perekonomian,” ucap Andry.
Ia pun memperkirakan, kinerja investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) akan terus meningkat di sisa tahun ini, seiring dengan proyek-proyek infrastruktur dari Program Strategis Nasional (PSN) dan Ibu Kota Negara (IKN) yang diupayakan untuk mencapai target di tahun politik. Namun demikian, risiko tetap ada terutama pada investasi asing yang akan bergantung pada kondisi ekonomi global ke depan.
“Secara keseluruhan, kami mempertahankan perkiraan kami bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat menjadi 5,04% pada 2023, menurun secara moderat dari pertumbuhan 5,31% yang terlihat pada tahun 2022,” kata Andry.
Sumber: CNBC Indonesia