Senin, 23 Oktober 2023 – 18:12 WIB
Jakarta – Kepala Ekonom PermataBank, Josua Pardede mengatakan, jika dilihat dari kondisi nilai tukar rupiah, baik dari segi stabilitas maupun volatilitas, rupiah masih mengalami tren penurunan.
Hal itu diungkapkan dalam seminar ‘Konsistensi, Inovasi, dan Sinergi Mendorong Intermediasi untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan’, yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia (BI) secara daring.
“Jika kita bandingkan dengan kondisi pada tahun 2020 dan tahun 2022, volatilitas rupiah mengalami tren penurunan hingga saat ini,” kata Josua dalam telekonferensi, Senin, 23 Oktober 2023.
Dia memprediksi bahwa hingga akhir Oktober 2023, kurs rupiah masih akan berada di bawah tekanan. Namun, Josua mengatakan bahwa sebenarnya ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalkan hal tersebut.
Salah satunya adalah dengan mengurangi impor, terutama dalam hal impor bahan baku dan impor pangan. Oleh karena itu, Josua menekankan pentingnya peningkatan produktivitas di dalam negeri untuk menggerakkan kembali sektor-sektor yang dapat mendukung perekonomian nasional.
“Kita berharap dapat meningkatkan produktivitas nasional terlebih dahulu. Sehingga kita dapat mendorong dan meningkatkan produktivitas dari sektor-sektor ekonomi kita,” ujar Josua.
Dia juga mengapresiasi langkah BI dalam transaksi mata uang lokal (LCT), yang memungkinkan transaksi ekspor-impor dan investasi dapat dilakukan menggunakan mata uang lokal. Selain itu, upaya BI dalam menyinergikan QR code secara crossborder juga dianggap sebagai langkah yang baik untuk meningkatkan aksesibilitas pembayaran antarnegara di kawasan Asia.
“Tentunya, hal ini juga dapat mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS, dan membuat rupiah lebih tangguh,” katanya.