Meningkatnya perilaku tidak terpuji, bahkan kegiatan kriminal dan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh wisatawan mancanegara di Bali menjadi sorotan di media sosial dan platform berita. Yang terbaru adalah terungkapnya sindikat produsen narkoba, di mana pelakunya adalah wisman yang menyalahgunakan visa kunjungan wisata.
Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menyatakan bahwa masalah sosial di sektor pariwisata ini dapat menjadi gangguan serius bagi keamanan dan ketertiban masyarakat. Dia menekankan kepada pihak terkait untuk melakukan mitigasi dan perlindungan destinasi wisata secara maksimal.
“Ini harus menjadi perhatian semua pemangku kepentingan pariwisata. Salah satunya adalah kasus wisatawan yang menjadi bandar narkotika di Bali, yang merupakan ironi dari industri pariwisata. Kasus ini terjadi di Bali, yang merupakan salah satu ikon pariwisata dunia. Dampak negatif yang ditimbulkannya sangat besar. Pariwisata sangat sensitif, gangguan sedikit saja bisa berimbas ke mana-mana,” kata LaNyalla ketika tiba di Denpasar, Bali, untuk menghadiri FGD tentang Kebudayaan.
Informasi tentang FGD tersebut adalah rencananya akan dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Mei 2024, di kantor perwakilan DPD RI Provinsi Bali, dengan tema, “Kebudayaan Sebagai Jati Diri Bangsa: Tantangan Global, Ketahanan Budaya dan Pancasila”.
LaNyalla, yang merupakan Mantan Ketua KADIN Jatim, menyatakan bahwa dampak dari perilaku negatif yang berujung pada tindakan kriminal oleh wisatawan mancanegara di Bali dapat menimbulkan ketidakamanan di destinasi wisata.
“Dampak jangka panjangnya adalah penurunan tingkat kenyamanan dan keamanan destinasi, yang dapat mengurangi jumlah kunjungan wisatawan. Kerugian lainnya adalah rusaknya citra dan reputasi destinasi wisata di Bali,” tambah LaNyalla.
LaNyalla juga menyarankan agar penguatan keamanan dan pengawasan ditingkatkan. Langkah ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas personel keamanan di destinasi wisata, serta dengan adanya call center pariwisata.
“Penggunaan CCTV secara massif sangat diperlukan. Upaya preventif lainnya adalah pelatihan dan kolaborasi semua pemangku kepentingan pariwisata,” lanjutnya.
Selain itu, LaNyalla juga meminta agar pendidikan ditekankan dan kesadaran ditingkatkan. Dia setuju bahwa Indonesia harus meningkatkan jumlah wisman, tetapi juga harus mengatur mereka dengan baik, seperti yang dilakukan oleh beberapa negara lain.
Banyak unggahan di media sosial dan platform media utama terkait dengan perilaku buruk yang dilakukan oleh wisatawan mancanegara. Bahkan beberapa netizen menyebut bahwa Bali sedang dijajah dan dilecehkan oleh wisman. Mulai dari perilaku ugal-ugalan di jalan, penampilan tidak sopan, tindakan mesum di tempat umum, bahkan pengotoran tempat ibadah penduduk Bali.