Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan membuat keputusan sendiri mengenai cara mempertahankan diri, ketika negara-negara Barat meminta untuk menahan diri dalam merespons serangkaian serangan dari Iran.
Amerika Serikat, Uni Eropa, dan kelompok negara G7 telah mengumumkan rencana untuk mempertimbangkan sanksi yang lebih ketat terhadap Iran, dengan tujuan menenangkan Israel dan meminta Israel untuk menghentikan pembalasan atas serangan langsung Iran. Iran telah menyerang sebagai balasan atas dugaan serangan udara Israel terhadap kompleks kedutaan besarnya di Damaskus pada 1 April lalu.
Israel dan sekutunya berhasil menembak jatuh semua rudal dan drone tanpa menimbulkan korban jiwa, namun Israel menyatakan perlunya melakukan pembalasan untuk menjaga kredibilitas alat pencegahannya. Iran menyatakan bahwa masalah ini sudah selesai namun akan membalas jika Israel melanjutkan tindakan tersebut.
Angkatan Udara Israel telah melakukan serangan terhadap “infrastruktur teroris” Hizbullah yang didukung oleh Iran di Lebanon timur, yang meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi konflik lebih lanjut di perbatasan utara Israel.
Sebelumnya, Netanyahu bertemu dengan menteri luar negeri Jerman dan Inggris untuk berkoordinasi dalam menjaga konfrontasi antara Israel dan Iran agar tidak meningkat menjadi konflik regional antara Gaza. Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan membuat keputusan sendiri dalam situasi tersebut.
Para diplomat saat ini tengah berusaha menghindari pertempuran langsung antara Israel dan Iran lebih dari enam bulan setelah perang Gaza antara Israel dan Hamas yang dukung Iran. Yordania juga telah memperingatkan akan adanya perang yang bisa “menghancurkan” wilayah tersebut.
Washington berencana untuk memberlakukan sanksi baru terhadap program rudal dan pesawat tak berawak Iran dalam beberapa hari mendatang, dengan harapan sekutu-sekutunya akan mengikuti langkah tersebut. Pemimpin Uni Eropa juga dijadwalkan untuk membahas sanksi tersebut dalam pertemuan di Brussels, dan pertemuan para menteri luar negeri G7 di Italia.
Konflik tersebut berawal dari Gaza, di mana telah terjadi bentrokan antara Israel dan kelompok-kelompok militan Palestina yang didukung oleh Iran. Di dalam Gaza sendiri, Israel telah melancarkan serangan udara dan darat besar-besaran, menewaskan ribuan orang dan menyebabkan kemusnahan di wilayah tersebut.
Di perbatasan utara Israel dengan Lebanon, pertempuran antara Israel dan gerakan Hizbullah yang bersekutu dengan Iran juga meningkatkan risiko eskalasi konflik. Hizbullah telah meluncurkan rudal dan drone ke fasilitas militer di Israel utara sebagai balasan atas serangan Israel yang menewaskan anggota Hizbullah. Israel menyatakan akan terus berperang sampai Hamas dilenyapkan, sementara Hamas menolak melepaskan sandera tanpa usaha untuk mengakhiri konflik.
Qatar sebagai mediator dalam negosiasi menghadapi kesulitan, dan sedang mengevaluasi kembali perannya sebagai mediator. Kekhawatiran muncul bahwa upaya mediasi tersebut dapat diganggu oleh pihak yang memiliki kepentingan politik yang sempit.
Dengan kemungkinan kelaparan yang meningkat, Amerika Serikat dan Israel mengatakan bahwa akses terhadap bantuan telah ditingkatkan pada bulan ini. Namun, lembaga bantuan menyatakan bahwa persediaan makanan dan obat-obatan masih terbatas untuk mencegah bencana.
Di tengah situasi yang semakin tegang, pihak-pihak terkait terus berusaha untuk mencari solusi guna menghindari eskalasi konflik yang dapat merugikan seluruh kawasan dan dampak serius bagi dunia.